SEMUA ANAK ADALAH CERDAS

Salah satu agenda kegiatan pasca ujian akhir semester adalah nonton flim bersama dengan tujuan untuk merefresing karena seminggu disibukan pada ujian. Tentu flim yang diputar memiliki nilai pendidikan. Ada flim menarik yang dapat dijadikan pelajaran didalam kehidupan kita, pada saat menonton anak-anak terharu dan ada meneteskan air mata. Flim itu berjudul Taare Zambee Par kurang lebihnya ceritanya seperti ini, ada seorang anak usia delapan tahun sekolah dasar (SD) yang selalu dicap ‘bodoh’, ‘nakal’, idiot, autis dan malas belajar di sekolah. Indikasinya hasil ujiannya selalu mendapatkan jelek, bahkan ia tiga kali tidak naik kelas. Guru-guru pengajarnya pasrah untuk menanganinya, akhirnya sekolah merasa tak sanggup untuk mendidiknya, kemudian dikembalikan pada orang tuanya dan disarankan untuk pindah sekolah lain.
Orang tuapun malu dan jengkel melihat kondisi anaknya seperti itu, karena disekolah yang sama kakaknya yang selalu berprestasi baik akademik maupun non akademik. Akhirnya memutuskan untuk pindah ke sekolah lain, yang disitu juga ada asramanya. Keputusan itu tidak membuat solusi untuk membangkitkan semangat belajar, justru yang terjadi anak jauh dari orang tua khususnya ibu. Tiap hari selalu sedih, tak ada semangat untuk bersekolah.
Hari demi hari kondisi anak itu disekolah tak mengalami perubahan, justru disekolah yang baru gurunya luar biasa ‘jahatnya’. Ia selalu dimarah-marahi, sering dihukum dan menjadi cemoohan teman-temannya, hasil ujianya juga tidak bagus, ia lebih menderita.  Baginya sekolah adalah neraka.
Suatu ketika ada guru baru kesenian yang sangat kreatif dan semangat mengajarnya luar biasa. Guru ini merasa heran dengan sikap anak itu dikelas yang selalu diam tak mau beraktifitas apapun. Pada saat mengajar mencoba memakai media menjadi Gatot kaca (pewayangan) anak-anak yang lain begitu senang dan gembira, tapi satu anak ini tetap kondisi tak berubah. Akhirnya seorang guru itu mencari tahu ke teman-temannya, guru pengajarnya, bagaimana sikap keseharian-harianya dan apa yang menyebabkan ia bersikap seperti itu.
Timbul rasa penasaran guru ini melihat buku-buku tugasnya yang selama ini ia kerjakan. Ternyata dalam buku tugasnya berbagai mata pelajaran, ia selalu salah dalam menjawab soal hampir semua pelajaran. Ketika diteliti sebenarnya ia bisa menjawab pertanyaan itu dengan tepat, tetapi dalam menjawabnya terdapat huruf atau angka ke balik, karena  anak belum bisa memahami huruf dan angka dengan benar, akibatnya kesulitan membaca dan menulis. Hal ini bisa disebut disleksia.
Usaha guru itu tidak cukup disitu, mencoba datang kerumah untuk menemui orang tuanya. Bagaimana kebiasaan dirumah yang ia lakukan? ternyata dirumah sebelum di asramakan, ia mempunyai kebiasaan luar biasa yaitu melukis. Di setiap dinding kamar dan lembaran kertas terdapat lukisan bagus sekali. Dalam hatinya, anak ini ibarat permata tertutup oleh karang tak terlihat pancaran sinarnya, dengan kata lain anak ini genius melibihi rata-rata temannya, imajinatif dan kreatif.
Disekolah yang baru ini pun ada kebijakan bahwa anak itu mau dikeluarkan dari sekolah, karena dianggap anak autis perlu dicarikan sekolah kebutuhan khusus. Guru itu memperjuangkan anak ini jangan sampai dikeluarkan, lalu mendatangi kepala sekolah menunjukkan beberapa hasil lukisan dirumah yang luar biasa dan meminta waktu tiga minggu untuk mengajari secara individu terkait membaca dan menulis. Guru itu mengangggap sebagai anak sendiri, tiap hari selalu dimotivasi misalnya menceritakan kisah-kisah orang sukses walaupun dulunya tidak bisa membaca dan menulis. Contohnya; kisah Leonardo Da Vinci seorang penemu helikopter. Usaha itu tidak sia-sia, dengan kesabaran dan dedikasi yang tinggi untuk mengajarinya, akhirnya anak itu bisa membaca dan menulis. Selain itu ada hasil yang memuaskan lagi, ketika sekolah mengadakan lomba lukis yang diikuti seluruh warga sekolah baik guru maupun murid, ternyata ia berhasil menjadi juara utama lomba melukis tingkat sekolah mengalahkan guru-gurunya.
Dari sekilas cerita diatas ada hikmah dan pelajaran bagi kita sebagai guru dan orang tua. Pertama, sebagai guru tidak sedini mungkin menjastifikasi anak itu bodoh, nakal dan lain sebagainya. Kita harus memiliki kerangka berfikir bahwa semua anak adalah cerdas. Lebih arif jika mencari titik persoalanya, apa penyebabnya dan memberikan solusi yang terbaik. Komunikasi dengan keluarga yang lebih intensif mengenai perilaku keseharian sangat membantu dalam memecahkan persoalan anak disekolah. Selain itu diperlukan kesabaran dan dedikasi yang tinggi dalam mendidik anak.
Kedua, didalam proses belajar mengajar ketika seorang anak tidak bisa mengerjakan atau hasil ujian kurang bagus, kita tidak perlu marah-marah dan mencemooh, secara tidak langsung kita ‘mengubur’ potensi yang ada dalam dirinya. Ingat cerita Solomon Island, ketika itu semua warganya mengingikan hutan yang dihuni menjadi lahan pertanian. Cara yang dilakukan bukan menebangnya satu persatu pohon, tetapi setiap hari warga teriak-teriak, mencaci maki pada pohon-pohan yang ada, akhirnya dengan sendiri pohon itu layu dan mati. Artinya sama dengan kondisi anak yang selalu dimarah-marahi hakekatnya membunuh kreatifitas anak, alangkah lebih baik kita memotivasinya untuk meraih prestasi.
Ketiga, bagi orang tua sebaiknya tidak menjadikan kondisi di rumah maupun di sekolah anaknya paling top, rangking. Misalnya, membanding-bandingkan dengan saudaranya atau memaksakan keinginan orang tua kepada anaknya untuk menjadi dokter, pilot, jendral dan lain sebagainya. Ingat setiap anak mempunyai kualitas yang berbeda, keahlian dan keinginan yang berbeda.
Kita sebagai orang tua  lebih baik peduli terhadap setiap aktivitas anak kita, walaupun sekedar hanya kecupan di kening pada saat berangkat sekolah dengan sendirinya anak merasa diperhatikan dan menambah gairah dalam belajar. Lebih dari itu bisa memahami setiap persoalan yang dihadapi setiap anak. Jika itu dilakukan, insyaallah harapan dan cita-cita akan tercapai sesuai keinginan anak dan orang tua. Amin...
*Pendidik SMP Al Hikmah Surabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membakar Spirit Menulis